Hubungan Indeks Bias Dengan Ketebalan Lensa Kacamata
Semula, saya ingin menjuduli tulisan ini dalam gaya kalimat tanya dengan menambahkan “Bagaimana” di awal judul. Namun, dari pada ada yang nyeletuk: “Hubungan mereka baik – baik saja kok”, ya lebih baik nggak jadi lah bergaya seperti itu.
Kalau anda telah membaca tulisan soal biang kerok ketebalan lensa kacamata yang ada di sini, anda akan tahu bahwa ada jalinan kasih antara si indeks bias dengan kekuatan dioptri suatu lensa. Jika nilai si indeks bias dinaikan, kekuatan dioptri lensa juga ikutan naik. Kompak betul deh pokoknya. Kekompakan mereka berdua itu menyulut insting bisnis beberapa makhluk yang bernama manusia. Pikirnya: “Wah, kalo gitu, bisa mbuat lensa yang lebih tipis yang banyak dicari para pemakai kacamata nih”. Anda tidak faham dengan pemikiran tersebut? Wah, berarti anda nggak punya insting bisnis yang baik dong.. Atau.. jangan – jangan anda bukan… 😀 *maap.. maap*
Begini, komponen pembangun kekuatan dioptri suatu lensa kan terdiri dari indeks bias dan kelengkungan permukaan lensa. Kekuatan dioptri suatu lensa, berbanding lurus dengan nilai indeks bias, namun berbanding terbalik dengan jari – jari kelengkungan permukaannya. Jika kenaikan indeks bias membuat kekuatan dioptri meningkat, maka, jari – jari kelengkungan permukaan lensa harus diperbesar (dibuat lebih rata) agar kekuatan dioptri batal ikut – ikutan meningkat. Sangsi? Ayo kita buktikan.
Misalnya;
indeks bias (n) = 1,5.
jari – jari kelengkungan depan (r1) = 12,5 cm.
jari – jari kelengkungan belakang (r2) = 8 cm.
maka akan menghasilkan kekuatan dioptri (D) sebesar:
D=((1,5-1)/0,125) + ((1,5-1)/-0,08) = 4 + (-6,25) = -2,25 Dioptri.
Jika kita rubah nilai indeks bias (n) menjadi 1,6, maka hasilnya :
D=((1,6-1)/0,125) + ((1,6-1)/-0,08) = 4,8 + (-7,5) = -2,7 Dioptri.
Nah.. kedua perhitungan di atas membuktikan bahwa jika dua keping lensa yang satu sama lain berbeda indeks bias bahannya, namun dibuat dengan ukuran kelengkungan yang sama, akan menghasilkan lensa yang berbeda kekuatan dioptrinya. Jika bahan lensa yang berindeks bias 1,6 ingin dibuat berkekuatan dioptri sama dengan lensa yang berindeks bias 1,5, maka kelengkungan permukaannya (biasanya dipilih ocular curve / kelengkungan permukaan belakang) harus dibuat lebih rata. Sekarang kita buktikan dengan mengacu pada hasil perhitungan pertama:
-2,25 = ((1,6-1)/0,125) + ((1,6-1)/(-r2))
-2,25 = 4,8 + (0,6/-r2)
-r2 = 0,6/(2,25+4,8)
-r2 = 0,6/7,05
r2 = -0,0851 m, atau -8,51 cm
Sekarang coba perhatikan ilustrasi yang menggambarkan lensa yang dibelah tepat melintasi titik pusat optiknya berikut ini.

Eh.. sekalian mbayar janji ni.. Soal anggapan salah kaprah tentang “lensa yang dipertipis”. Ada beberapa penjual kacamata amatir yang menyebut “lensa yang dipertipis” ketika menawarkan lensa high indeks (indeks bias tinggi). Ini membuat kebanyakan konsumen berasumsi bahwa lensa yang ditawarkan tersebut akan dibuat lebih tipis oleh si penjual. Padahal sebenarnya tidak seperti itu. Proses penggosokan permukaan lensa (menjadi cekung atau cembung) agar menghasilkan kekuatan dioptri tertentu, dilakukan oleh laboratorium penggosokan lensa. Tebal atau tipisnya lensa tergantung oleh kelengkungan yang dibuat di kedua permukaan lensa.
Nah.. saya nggak punya utang janji lagi ya..
Mengcopy dan mempublish ulang artikel dari website ini diperkenankan, asal menyebutkan/mencantumkan (secara eksplisit) sumbernya serta tidak mengubah judul maupun isi artikel
tipis lensanya tebel duitnya,gitu bos?
he..he..he.. biasanya sih iya..
teng’s ya.. dah berkunjung dimari
bos apakah lensa kaca -12 bisa tipis dan apakah lensa double berpengaruh….
Bisa.. dengan penggosokan bagian pinggir lensa yang dikenal dengan istilah dilenti. Hanya saja, penggosokan itu akan memperkecil zona optiknya.
Maksudnya lensa dobel itu lensa bifokal ya? Secara teoritis sih sebenarnya tidak. Adanya lensa bifokal yang lebih tebal dibandingkan dengan lensa monofokal, adalah karena pengaruh pada saat penggosokan saja. Asal ukuran indeks bias bahan, kekuatan dioptri, diameter, dan center tickness (ketebalan tengah)-nya sama, pasti ketebalan pinggirnya juga sama.
sebenarnya nggak perlu index tinggi, lagipula kenapa mesti merasa risi?
lebih bagus yang tebal sih, soalnya saya lebih senang lihat cewe-cewe yang kacamataan tebal-tebal banget
🙂
Yaa.. kalo itu sih selera pribadi Mas.. Cumin, pada umumnya emang seneng nyari yang tipis kok
Trim’s ya, dah mampir ‘n berpartisipasi..
mas,ada nggak produk lensa yang walaupun plus 5,tapi bisa kelihatan lebih tipis dan jadi ringan,karena yang pake anak saya umur 5 tahun, thanks y atas jawabannya, kami tunggu
mBak Rifda, untuk lensa yang lebih tipis dan ringan, anda bisa memilih lensa yang berdesain kelengkungan aspheris dengan bahan plastik yang berindeks bias sangat tinggi (1,7 atau 1,8). Silahkan tanyakan di optik langganan anda mengenai merek2 lensa yang menyediakan lensa dengan spesifikasi tersebut. Mohon maaf jika saya tidak bisa merekomendasikan merek tertentu di media ini.
Terima kasih.
lensa design aspheris dengan index 1,7 atau 1,8 pasti lebih tipis kan mas..?? Adanya di optik terkemuka gitu ya pastinya..
Bisa tau perkiraan harganya..?? mata saya -5 sinlindris juga..pengen banget punya lensa yang tipis..berbahan kaca gak masalah, yg penting tipiiisss…Thx
tul.. cumin efeknya juga kebangeten mbikin tipis dompet.. 😀
sejauh yang saya tahu, belum ada lensa kaca aspheris yang masuk ke pasar Indonesia. Index bias 1.8 juga belum ada distributor yang mencantumkannya dalam price-list mereka. Harga termurah saat jawaban ini saya ketik (menurut PL yang dikeluarkan oleh distributor) untuk lensa aspheris 1.67 adalah 550rb, tertinggi 1,8 jtan. Untuk index bias 1.70 ada di 2 jtan. Index bias 1.74 juga di kisaran 1,8 jt..
Lensa kaca dengan indeks bias 1,8 sudah banyak ada di pasaran, terutama optik yang sudah punya nama. Sedangkan indeks bias 1,9 mungkin masih harus indent, karena harganya mahal sekali. Kalau dalam daftar harga hanya disebut Hi-Index, nah itu perlu dipertanyakan berapa indeks bias yang sebenarnya.
Bisakah beri tahu saya brand lensa yang mencantumkan lensa mineral ber-indeks bias 1.8 di price list yang mereka terbitkan?
Brand lensa dengan indeks bias 1.8 adalah CORNING dari Perancis.
Oowh.. 🙂 sejauh ini saya belum pernah nemuin/melihat price list dari CORNING mas.. ada masuk ke pasar Indonesia ya? Nggak kedengeran kabarnya tuh..
Sudah lama ada di pasar Indonesia dengan indeks bias 1.8 tuh.
Kalo yang indeks bias 1.9 rasanya belum masuk. Iseng2 boleh mampir ke: http://www.corning.com/ophthalmic/products/glass_products/high_index_photochromic_sunglass_blanks.aspx.
Home page CORNING: http://www.corning.com/index.aspx
Udah cek ke sono kemaren kok (link sampeyan kelebihan titik tuh).. cuma nggak nemuin secara explisit bahwa mereka bikin finished lens seperti yang saya maksud. Di situ hanya tertulis soal blank lens. Kalau itu sih memang sudah lama masuk ke Indonesia. Tapi finished lens-nya saya memang belum pernah mendengar kabar.
Iya betul CORNING hanya produksi blank lens, jadi kita harus gosok front and back surface.
Yang jelas kalau yang namanya optikal harus sediakan lensa yang benar-benar lensa benar dan berkualitas berstandar internasional maksudnya Lensa bukan kacangan lah. Memang mahal lensa yg benar lensa…tetapi apalah artinya mahal jika kita tertolong dan melihat jadi well? Coba kalau kita tak bisa melihat gara-gara memakai lensa ecek-ecek? Kalau ada optikal masih dan selalu pakai lensa ecek-ecek itu sih namanya optik gadungan !!! ya kan? Yang penting jualan kacamata dan laku(apa bedanya dengan kaki lima?). Mestinya mereka berpikir optikal adalah tempat untuk kesehatan mata, untuk menyelamatkan mata masyarakat….mestinya pakai dan sediakan lensa yang well well gitu … !!!